Sunday, January 2, 2011

CERITA HORROR!!


Sebuah cerita horror yang berdasarkan imajinasi penggarangnya, Marina...
BAB 1

Sudah 3 bulan sejak peristiwa yang mengerikan tersebut, dimana semua itu mulai menghantuiku setiap saat. Kejadian yang tidak dapat diterima oleh akal sehat siapapun. Berawal dari sebuah keisengan semata yang berujung kematian.
Stela, tidak ada seorangpun yang tidak kenal dengan namaku, gadis remaja yang baru menginjak usia yang ke tujuh belas berparas cantik dan bertubuh semampai bak model. Kemana aku berada semua mata langsung tertuju kepadaku. Tidak terkecuali para kaum adam yang terbius oleh pesona diriku. Tapi sifatku sangatlah buruk, khususnya bagi para kaum hawa. Kekasih siapapun asalkan aku menyukainya, dengan mudah dapat ku buat jatuh cinta padaku. Begitu juga kekasih Vellis yang bernama Niko, cowok terpintar yang dikenal ramah oleh para penghuni sekolah, padahal wajahnya tidaklah sepadan apabila dibandingkan dengan mantan-mantanku sebelumnya. Vellis lah alasan utama kenapa aku ingin mengincar Niko untuk kujadikan pacarku. Tidak kalah jauh dengan kepopuleranku di sekolah, dia hampir tampak sempurna di mata siapapun dengan sifat yang bertolak belakang denganku. Hubungannya dengan Niko sudah berlangsung lama sejak mereka masih dibangku smp. Lalu terbesik dipikiranku untuk menguji kesetiaan Niko atau bisa juga dikatakan aku ingin menghancurkan hubungan mereka yang sering membuatku merasa iri. Aku yang tidak pernah bertahan selama 1 minggu dalam menjalin hubungan dan juga Vellis yang terus menghalangi jalanku untuk menjadi satu-satunya primadona sekolah yang paling dipuja, membuatku bertindak nekat.

Suasana sekolah sangat ramai dimana para siswa-siswi Sma Persisi mulai berburu makanan, tidak sampai dua menit kantin sudah mulai penuh. Salsa, Nina, Dea, Jojo, Bino, dan Tedo, 3 pasangan muda yang sedang mesra-mesranya lantaran baru jadian.
“ Honey.., laperr ne… mau makan apa ya?” Celotehan khas Dea yang udah dikenal sohibnya agak-agak centil tapi mengemaskan setara dengan postur tubuhnya yang chabi, dan poni rata menutupi dahi.
“ Gimana kalo kita makan soto aja honey, udah lama ne kita ga nyobain sotonya bang Yasmin.” Cowok Dea, Jojo, emang serasi banget sama Dea, yang satunya manja, yang satunya lagi suka manja-in. Jojo yang perawakan tubuhnya kecil tanpa ada otot,rambut jabrik, dan kulit putih, tampak sehat setelah kemarin sempat gak masuk karna demam.
“ Gue juga mau ne 1 porsi, loe gimana Sa?” Suara Bino membuat satu kantin menoleh, dan kemudian mulai sibuk sendiri ketika melihat pemilik suara yang tak lain adalah mantan preman di sekolah yang pernah mengalahkan 20 lawannya hanya dalam waktu yang sekejap, dengan postur tubuh atletis, rambut gondrong kesayangannya,dan sedikit codet di wajah yang cukup ganteng, Bino lumayan dikenal diberbagai sekolah. Entah bagaimana caranya dia bisa berhenti dari kehidupannya yang dulu, dugaan terkuat dikarenakan cinta. Bino mulai jatuh cinta pada Salsa, ketua osis yang tidak pernah berhenti menasehati Bino untuk berhenti menjadi preman, kegigihan Salsa lah yang membuat Bino jatuh cinta padanya apalagi Salsa sangat cantik untuk ukuran cewek-cewek di sekolah mereka, rambut panjang dan hitam lurus, kulit putih dan sifat yang ramah dan baik, membuat semua cowok di sekolah selalu memuja Salsa.
“ Gue minum aja deh Bin.”
“ Kalo gue Bakso.”
“ Nin,bukannya kemarin kita habis pergi makan bakso masa hari ini loe pesan bakso lagi sih!!”
“ Yee… Gue mah emang doyannya makan bakso kali….” Perawakan tubuh Nina terbilang agak kurus tapi kalau soal makan dia bisa menghabiskan bakso dua mangkok sekaligus, herannya sebanyak apapun dia makan tidak memberi pengaruh pada tubuhnya. Rambut agak pirang sebahu yang tergerai bergelombang, kulit sawo matang, tinggi tubuh yang melebihi Jeniffer Lopez membuat Nina terlihat cantik. Walaupun tomboy, tapi Tedo tidak pernah mempermasalahkannya. Malah Tedo yang kelihatan lebih kemayu dibandingkan dengan Dea maupun Salsa. Tutur kata yang halus, rambut hitam pendek, serta tubuh yang tinggi, membuat dia dan Nina bisa menjadi pasangan yang serasi.
Sambil menunggu pesanan mereka diantar, pandangan Salsa terarah ke jendela yang berada di ruang kelas tengah lantai tiga yang terpaku rapat dengan papan-papan kayu. Maklum, kantin sekolahnya terletak persis berhadapan dengan gedung kelas. Dari pertama kali menginjak sekolah Persisi, Salsa sudah lama penasaran terhadap kelas yang dikunci rapat dan jendela yang di paku, dan banyaknnya larangan dari para guru untuk tidak mendekati ruang kelas tersebut tanpa memberikan alasan yang jelas. Pernah satu kali guru bahasa Indonesia yang terkenal sebagai tukang gosip keceplosan ketika Salsa menanyakan tentang larangan untuk tidak mendekati ruangan yang tertutup rapat itu, dia berkata “ Mungkin biar tidak jatuh korban lagi.”. Mendengar perkataan itu malah membuat Salsa semakin penasaran. Tapi karena kesibukan sebagai ketua osis yang tugasnya tidak pernah habis, penyelidikan terhenti. Mungkin harus menunggu saat pergantian osis barulah Salsa ingin mulai menyelidikinya lagi. Tidak jauh dari mereka, ada beberapa anak kelas tiga yang berbicara dengan hati-hati seperti takut akan sesuatu. Walaupun sangat ingin tahu, Salsa tidak bisa menangkap apa yang sedang mereka bicarakan dengan keributan yang dibuat Jojo dan Dea yang cukup membuat sekeliling mereka menjadi sangat risih.
“ Sssssttt… Dea, Jojo, coba kalian diam sebentar..”
“ Hah..hah..hah.. Kok Dea disuruh diam sih…?”
“ SSSttt…”
“….” Walaupun pasang muka yang cemberut, Dea akhirnya bisa menenangkan dirinya dan mulai pasang kuping seperti yang sedang dilakukan oleh Salsa, dan diikuti teman yang lain.
“ Semalam gue ngalamin mimpi buruk, ternyata apa yang sudah kita lakukan sudah mengusik kak Vellis, Gue takut nanti kita juga ngalamin hal yang sama seperti ‘mereka’, gu…gue… nyesel.” Sepertinya cewek berkacamata ini ketakutan seperti telah melakukan suatu hal yang buruk.
“ Diam!! Apapun yang terjadi, hal yang telah kita lakukan tidak boleh ada yang tahu, coba loe cek kemana Dela, dari semalam gue hubungin tapi teleponnya ga bisa nyambung.” Kata cowok dengan serabut kumis yang sepertinya tidak pernah dicukur selama beberapa hari kepada cowok satunya lagi yang mulai mengeluarkan telepon dan sibuk memencet nomor, seperti yang diperintahkan cowok berkumis, dia mulai menghubungi cewek yang bernama Dela, belum lewat setengah menit dia berkata “ Ga aktif, Ben.”
“ Sial!! Kemana dia??!”
Kantin sontak berhenti beraktifitas ketika seorang cewek berlari tergesa-gesa menghampiri bangku anak kelas tiga itu. “ Gawat Ben, Dela…Dela.. bunuh diri…” Muka terkejut menghampiri semua murid yang berada di kantin, bahkan murid yang mengenal Dela mulai menghampiri cewek itu untuk mendengar beritanya lebih jelas. “ Dela dari semalam ga pulang kerumahnya, orangtua Dela mencari dia semalaman, pas pulang kerumah, ternyata Dela sudah tak bernyawa lagi tergantung di kamarnya,”
“ Kyyyaa…. Ga..ga mungkin.. Ini..ini..semua pasti ulah kak Vellis!! Gue takut…” Histeris cewek berkacamata.
Sontak semua terdiam bahkan ada beberapa yang langsung pucat mukanya. Cowok yang bernama Ben itu langsung berlari menuju ruang guru. Salsa dan temannya hanya bisa terbengong memandang sekerumunan murid yang lain berlari mengikuti jejak Ben.
“ Iiih.. Seram banget ya? Kok bisa ada yang bunuh diri.” Nina yang daritadi hanya diam menikmati makannya, terheran-heran mendengar berita yang mengagetkan.
“ Stress kali…” Tambah Tedo dengan muka polos dan menyakinkan.
“ Anehnya tuh kok daritadi mereka menyebut nama Vellis gitu, perasaan di sini ga ada yang namanya Vellis.” Apa yang di katakan Bino memang benar, nama tersebut bahkan tidak pernah di dengar oleh Salsa yang menjabat sebagai ketua osis.
“ Udahan yuk.. Dea takut ne.. Honey.. kita kekelas yuk..”
“ Iya deh Honey..”
Salsa yakin peristiwa yang terjadi hari ini bukanlah akhir tapi merupakan awal dari serangkaian peristiwa lain yang akan terjadi nantinya. Berturut-turut sampai akhirnya mengungkap misteri masa lalu.
 bersambung